WORKSHOP SEMA-DEMA UIN KEDIRI: GURU BESAR UNHAN & KETUA KPU “SATU SUARA MAHASISWA BISA UBAH NASIB BANGSA”
FUDA Newsroom – Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUDA) Universitas Islam Negeri (UIN) Syekh Wasil Kediri menggelar Workshop Pemberdayaan Senat Mahasiswa (SEMA) dan Dewan Mahasiswa (DEMA) Tahun 2025 dengan tema “Pendidikan Politik Pemilihan Umum di Indonesia”. Kegiatan berlangsung khidmat di Aula Lantai 3 Gedung FUDA, Kamis (20/11/2025).
Sebanyak 40 pengurus DEMA UIN Syekh Wasil Kediri menjadi peserta inti, didampingi mahasiswa umum, dosen, dan akademisi. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, Prof. M. Dimyati Huda.
Dalam sambutannya, Prof. Dimyati menekankan pentingnya pendidikan politik yang berlandaskan nilai agama dan kebangsaan bagi generasi muda.
“Mahasiswa UIN Syekh Wasil Kediri harus menjadi agen perubahan yang cerdas dan berakhlak. Komunikasi lintas institusi serta penguatan jejaring menjadi kunci pengembangan kampus ke depan,” ujar Prof. Dimyati.
Kegiatan diawali pembacaan ayat suci Al-Qur’an, menyanyikan lagu Indonesia
Raya, serta doa yang dipimpin Wakil Dekan II FUDA, Moh. Qomarul Huda.
Dua narasumber utama dihadirkan: Guru Besar Filsafat Universitas Pertahanan
(UNHAN), (Kolonel TNI AU) Prof. Andries
Muhammad Halkis, dan Ketua KPU Kabupaten Kediri, Nanang Qosim. Kegiatan dipandu
moderator dosen FUDA, Ibrahim bin Sa’id.
Prof. Halkis, yang merupakan alumni S1 Akidah Filsafat, menyampaikan kritik sistemik terhadap praktik politik dan pemilu di Indonesia.
“Politik harus menjadi amanah, bukan ladang cari uang. Dengan Rp10 triliun saja bisa bikin dua partai politik. Ini menunjukkan sistem kepartaian kita lebih berbasis modal ketimbang ideologi,” tegas Prof. Halkis.
Ia juga mengusulkan reformasi besar, di antaranya pembiayaan partai politik sepenuhnya dari negara, pejabat eksekutif otomatis keluar dari kepengurusan partai, serta penguatan sistem meritokrasi birokrasi.
Sementara itu, Nanang Qosim menyoroti praktik penyelenggaraan pemilu yang sehat, termasuk urgensi menolak politik uang.
“Seratus ribu rupiah dibagi lima tahun tidak sampai Rp55 per hari. Jangan jual harga diri demi rokok tidak utuh,” kata Nanang disambut tepuk tangan peserta.
Ia juga mengkritik pemilu mahasiswa (Pemira/Pemilwa) di banyak kampus yang
justru menjadi contoh “bad governance” karena tahapan tidak jelas dan
tidak ada mekanisme pengawasan yang proporsional.
Kalimat penutup dari moderator, Ibrahim bin Sa’id menyatakan workshop ini menjadi momentum strategis penguatan peran mahasiswa dalam pembangunan peradaban bangsa.
“Mahasiswa FUDA bukan hanya penonton demokrasi, tetapi penjaga marwah dan
pewaris etika kebangsaan berbasis nilai Islam, Pancasila, dan semangat
ke-Indonesia-an,” tegas Ibrahim.
Kegiatan berlangsung interaktif dengan sesi tanya jawab yang hangat dan
ditutup dengan penyerahan cendera mata serta foto bersama. Workshop ini semakin
menegaskan posisi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Syekh Wasil Kediri sebagai
pusat pengembangan pemikiran Islam dan pendidikan politik yang berkualitas di
wilayah Tapal Kuda.
Kontributor: Fuat Hasan | Editor: Fuat Hasan

